Dia, kesadaran, ruang dan waktu

Ruang dan waktu mengada karena kita menyadari ia ada
Ruang dan waktu adalah tanda eksistensi diri kita
Pada proses meruang dan mewaktu itu, kita menyadari banyak hal yang rumit
Ia dirangkum dengan nama kehidupan

Pada caraku meruang, kompleksitas itu adalah selain daripada akibat dari tindakan diriku, juga tentang takdir dari Tuhan
Bagaimana bisa aku melihat masa depanku di kampung ini akan tinggal, ketika satu tahun yang lalu, sesaat setelah aku menuliskan surat lamaran untuk menjadi abdi negara
Bagaimana mampu aku membaca masa depan ketika disini, aku tidak hanya mendatangi rezekiku tetapi juga menjemput jalan jodohku

Ia adalah takdir yang menyenangkan
Cinta kami bertemu, bertumbuh dan dalam segala situasi waktu
Ia adalah kehadiran yang paling kusadari

Antar jujuran

Aku sangat mencintaimu tanpa suatu alasan. Malam ini, banyak orang berkumpul di rumah julak. Di dalam, ibu2 melangsungkan prosesi mengantar jujuran. Di teras rumah, bapak2 berdiskusi menunjuk panitia. Aku duduk diantara banyak orang itu. Sementara kamu di dalam duduk di depan, sangat cantik. Aku mencuri pandang diantara kerumunan orang-orang.

Semua keluarga besarmu berkumpul. Semua orang yang malam itu berhadir disana. Adalah untuk merencanakan pernikahan kita. Kita adalah pusat perhatian malam itu.

Ya. Kita akan melangsungkan pernikahan. Sebaik2 doa selalu kita panjatkan. Semoga lancar segala rencana kita. Amin..

Ketika bangun tidur di tengah malam

Tengah malam begini aku terbangun dari tidur. Kamar ini selalu dirutuk sepi. Selintas, pikiranku bekerja membongkar kenangan-kenangan. Tentang kamu, waktu yang kita jalani, juga perasaan kita.

Sekeras apapun diriku pernah berdiri, sendiri di jalur ideologis jomblo. Aku tak akan bisa menyangkal bahwa kau adalah yang aku butuhkan, tak kurang, dan tak lebih.

Kita pernah capek bersama, sedih bersama, senang bersama. Semuanya berkesan.

Aku masih ingat pertama kali aku ke rumahmu. Bajuku abu-abu. Celanaku krim. Kamu pakai baju tidur atasan putih bawah merah. Aku masih ingat sirup marjan yang kau suguhkan. Posisi dudukku. Juga kita yang malu-malu.

Aku masih ingat kita ke mintuung. Kita mesan jus alpukat. Hanya ada satu warung disini ketika malam serta hanya ada dua jus di warung itu: jus buah naga dan alpukat. Kita seirama memesan jus alpukat. Aku masih ingat senyummu yang mengembang.

Kemarin, kita jalan di siring kotabaru. Udara malam terasa dingin. Tapi hati kita hangat. Kita berpegangan tangan.

Dan di tengah malam ini. Aku terbangun sendiri. Memikirkan kamu yang tidur lelap disana. Kamu seperti kanak ketika tidur. Ingin aku menjagamu pada semua waktu.

Soal waktu di beberapa hari ke Lawan alamatnya kecamatan pamukan selatandepan. Banyak yang mesti kita persiapkan untuk hari kita. Tetap senang dan bersemangat. Kita selalu berpegangan erat, baby.

Aku bersedih ketika …

Aku bersedih ketika ia diperlakukan tidak adil. Aku bersedih ketika apa yang ia lakukan dengan apa yang ia dapatkan tidak sesuai. Aku bersedih ketika sesuatu yang tidak dikehendaki terjadi. Aku bersedih ketika ia merasa dijauhi oleh rekan kerjanya. Aku bersedih ketika ia merasa ada tumbuh komedo di hidungnya. Aku bersedih ketika ia merasa kulitnya menghitam terbakar matahari. Aku bersedih ketika pagi ia tidak sempat sarapan. Aku bersedih dengan segala kesedihan yang ia tanggung.

Kesedihan terbesarku adalah ketika aku tidak ada di sisimu saat kamu bersedih.